0

Darling Harbour

Posted by hari_arch on 19.46 in
Sore itu aku sedang mempersiapkan beberapa ransel kecil berisi beberapa baju hangat dan peralatan menulis serta sebuah kamera kesayanganku. Hari itu awal liburan semester berlangsung beberapa pekan ke depan.  Ini adalah liburan semester pertama ku  di Australia, yang berbeda dari kampungku di pinggiran kota Jakarta,  Aku mendapat beasiswa double degree arsitek di Deakin Melbourne University di Burwood. Kampus ini banyak dipuji karena gaya arsitekturnya yang modern.  “ Awas jangan sampe nyasar ya dre”, sahut temen aq , Rudi dari balik pintu kamar mandi , Aku dan Rudi kebetulan satu dormitory, dia mahasiswa psikologi . “Andai paper aku udah selese, bakal aku temenin kamu ndre. “tambahnya..”Ah,gampang ..nyasar kan bisa tanya orang” jawabku tanpa pikir panjang.
            Aku berjalan menuruni tangga dari lantai 4, tak kulihat keramaian  mahasiswa seperti hari biasanya di lorong ataupun di aula asrama, Ya..tentunya mereka semua pulang ke rumah orang tua mereka. Aku juga rindu dengan keluarga aku nan jauh di sana, tapi mahasiswa seperti diriku yang hanya mengandalkan hidup dari beasiswa tidaklah bisa membeli tiket yang demikian mahalnya.
            Langkahku berhenti di halte tram, tidak lama berselang tram yang akan mengantarkan aku ke stasiun sudah datang. Dan jauhnya kira-kira 40 menit dengan tram dari pusat kota yang berdekatan dengan Flinder station.
Setibanya di Flinder Station aku berjalan menuju loket yang akan membawaku ke kota Sydney, jantung benua Australia. Sebelumnya aku sudah browsing di internet mengenai jadwal keberangkatan kereta istilahnya Country link . Yup tiket sudah kudapat.  Aq menuju sudut ruangan yang membawaku pada ruang tunggu , sambil memeriksa semua perbekalan aku, masih ada waktu 20 menit lagi
Sepertinya cacing diperutku lagi protes, maklum dari tadi pagi aku belum makan siang. Aku berjalan, mangawasi sekeliling sejauh mata memandang ada beberapa tempat makan, pastinya harga makanan di sini mahal, bisiku dalam hati, aha,,,pandanganku berhenti pada 1 tempat..yup, Hungry Jack, semacam KFC di Indonesia, sesuai dengan isi dompet aku. Kubeli beberapa sanwich
Kereta sudah datang, sambil terburu-buru menggengam sisa makanan, aku berjalan menuju pintu masuk. Sepertinya hari ini akan banyak orang yang akan berlibur ke Sydney, Namun tiba-tiba aku seperti terdorong ke depan, seseorang menabrak punggungku, hingga menjatuhkan sisa makananku” sorry” cuma itu kata yang terucap olehnya. Gadis itu seolah menghilang ditengah kerumunan penumpang kereta.
Aku menyusuri lorong kereta yang sedang melaju cepat untuk mencari bangku kosong. Ketika aku berjalan kudapati seseorang gadis yang tadi menabrakku, sekilas senyum tersungging di wajahnya, seolah mau meyapa aku.  2 orang paruh baya disampingnya sepertinya dia bepergian dengan orangtunya tetapi aku terus berjalan mencari no kursi ku
Ku rebahkan tubuhku setelah kudapati kursi sesuai nomer tiket. Mataku tak henti hentinya memandang dari kejauhan pemandangan, disuguhi pemandangan beragam, mulai dari jalanan berkelok pinggir danau dengan latar belakang bukit batu, bunga-bunga liar di tepi jalan, hamparan peternakan domba, sapi dan kuda, jalan sempit di antara gunung dan lembah serta jalan di antara hutan yang seakan kehilangan rimbun daunnya menyambut musin dingin tiba.  Lamunan ku membawaku terpejam beberapa waktu kemudian, perjalanan ini memakan waktu 8 jam. Jarak Melbourne ke Sydney sekitar 876 km.  
            Deru kereta membuatku tertidur lelap, aku pun terbangun dipagi buta. Wah sampai mana ini, pikirku dalam hati, beberapa menit kemudian..” Next station…Central Railway Station…” suara yang muncul setiap kali mendekati stasiun, aku harus bersiap udah hampir sampai. Kereta Countrylink berhenti di Platform 1, Central Station, Sydney
            Pagi sekali kereta sampai, aku langsung keluar stasiun, mencari cari taxi yang akan mengantarku ke daerah King Cross, penginapan kelas backpaker yaitu Boomerang Backpackers , daerah dimana banyak cafe, bar, dan hiburan malam
            Sydney, Juli – musim dingin, mentari pagi cukup hangat walau cuaca di perkirakan bersuhu 10-12 C, walau aku memakai jaket hingga 2 lapis begitu ada angin menerpa muka, langsung saja aku merinding kedinginan. Sydney merupakan salah satu kota paling multikultural di dunia, yang tercermin dari perannya sebagai kota tujuan utama bagi imigran ke Australia. Kota ini adalah kota pusat seni-budaya nya Australia. Kafe-kafe bertebaran sepanjang jalan yang ditata apik
Pagi itu setelah menaruh tas bawaan aku di penginapan, aku mengunjungi Central Bisnis District . Aq berjalan menyusuri pinggiran taman, Royal Botanical garden ini letaknya di sebelah timur  Sydney Opera House. Aku bersandar pada sebuah pohon, lalu ku rebahkan punggungku, kulihat disisi lain deretan pepohonan ciptaan kaum modern, ya itulah skyline kota Sydney yang menjadi jantung benua kanguru, berdiri menjulang tower Sydney diantara yang lainnnya. Disisi lain terlihat Harbour bridge yang terkenal itu. Akupun terus mengarahkan pandangan mataku sejauh mungkin mengitari botanical garden ini, Disini saat pagi banyak orang beraktifitas berolah raga, apalagi akhir pekan seperti saat ini, beberapa kawula muda berkumpul disini, hanya sekedar bercanda ria dengan kawan mereka, sembari menikmati taman kota, Penduduknya biasa disebut Sydneysiders, dan Sydney dijuluki sebagai "the Harbour City" (Kota Dermaga).  Tiba2 mataku terhenti pada satu bayangan yang sepertinya tak asing bagiku. Gadis itu bersandar pada bangku kayu sembari asyik membaca buku. Ya..itu dia..pasti gak salah…gadis itu tadi, Lantas kenapa gadis itu sendirian disini, ingin rasanya aku hampiri dia, hanya sebatas menyapa nya, Berharap mendapati segores senyuman diwajah cantiknya. sepertinya aku tersihir olehnya. Ku keluarkan peralatan yang biasanya aq pakai buat mensketsa ketika aku kuliah, namun kali ini aku tidak akan menggoreskan pensilku menggambarkan perspektif bangunan seperti biasanya. Seperti air mengalir, mendapati sesuatu yang mempesona di hadapan mata, ya..aku melukisnya..mengaguminya..meski cuma dari kejauhan, tapi aku menikmatinya. Aku pun terhanyut dalam lamunan, memejamkan mata dan mulai berandai –andai yang melambungkan angan-anganku. 
Tiba-tiba aku tersadar kembali ketika seseorang menepuk pundakku, mengembalikan kesadaranku. “ sepertinya gambarnya menarik, boleh aku lihat” kata-kata  itu mengembalikan kesadaranku. Sesosok wajah nan rupawan tepat berada menatapku, aku langsung kaget dibuatnya, “E..e Cuma coretan aja”  buru-buru aku masukkan kertas itu ke dalam tas, seolah aku tak mau ketahuan klo aku mengabadikan keindahannya dalam lukisanku. “ Kamu sepertinya mahasiswa dari Indonesia ya, kamu kan tadi yang aku tabrak di stasiun” aku masih terdiam tak bisa berucap, antara kaget dan menikmati raut wajahnya yang menawan. “ Eh iya, maaf ya tadi” Cuma kata-kata  itu yang terucap dari mulutku”, sekilas senyuman yang aku nanti menghiasi wajahnya yang menawan. “ Namaku Alin” kehangatan menjabat tanganku. “ namaku Andre, mahasiswa Deikin Melbourne“ dan percakapan kami terus mengalir begitu saja.
            Kita berjalan menyusuri daerah Circulay Quay, dari sini kita bisa melihat pemandangan 2 icon kota sydney yaitu Sydney opera house dan Harbour bridge. Kemana dia berjalan,  aku mengikuti nya, meski jauh melangkah, seolah dia mau tetap terus berjalan, Tak terasa kita sudah berada Darling Harbour.  Aku bisa melihat yatch dengan berbagai ukuran dan model yang diparkir.  Kita juga disuguhi pemandangan bangunan-bangunan di tepi harbour, dengan dermaga di depannya
            Termaram lampu mulai menyala, di ufuk barat sana langit merah jingga.  Sepertinya dia kelelahan, dia nyandarkan kepalanya di pundakku ketika kami duduk “ Kamu kecapekan ya, aku antar pulang ya, pasti orang tuamu mencarimu,’ dia diam saja, sepertinya dia menikmati pesona langit sore serta gemerlap lampu kota yang yang indah ketika sore menjelang, lampu gemerlap gedung –gedung tinggi yang memantul di sungai terbesar di sydney . Makin sore semakin ramai saja, “ Langitnya indah ya, aku masih ingin berlama-lama disini, aku takut besok aku tak akan melihat ini semua”, ucapnya lirih. “maksudmu apa?” tanyaku keheranan. “Sejak kecil aku gak diijinkan keluar rumah, aku jarang punya teman, tiap 2 minggu sekali aku harus menjalani cuci darah, dan 3 hari lagi aku akan  menjalani operasi, kata dokter bulan ini ada donor yang mungkin  cocok buatku”. ”Apa?kamu ternyata sakit, duh bodohnya aku membiarkan kamu tadi berjalan terus, pasti aku akan dimarahi oleh orangtuamu’ akupun bingung dibuatnya, namun dia hanya membalas senyuman, senyum itu, ya senyum itu adalah kekuatan terbesar dalam dirinya, tanpa disadari dia berjuang mempertahankan hidupnya. Terbesit rasa kasian padanya. Tak bisa aku bayangkan dia harus menjalani terapi dan obat-obatan demi memperpanjang masa hidupnya.
 “sory sir, could you take a picture for us” pintaku kepada pemuda yang berjalan didepan ku untuk mengabadikan pertemuan kita di Darling Harbour.
“ taukah kamu,  ini hari apa?” Tanya dia padaku, tanpa memberikan kesempatan buatku menjawab, dia berkata” hari ini tepat 23 tahun umurku”
‘wah kamu ultah ya, selamat ya”kataku sumringah menyembunyikan kesedihanku mendengar ceritanya tadi, “Maukah kau memberikan kado untukku, mungkin itu akan menjadi kado terindah buatku’
“wah maaf, aq gak punya apa-apa, gimana ya” aku pun bingung berpikir entah apa yang akan kuberikan padanya. “ Aku tau, kamu tadi melukis apa, bolehkah lukisan itu buatku” desaknya memohon memelas padaku, matanya penuh harap, senyumnya mampu menggoyahkan pikiranku. “kenapa harus malu, kamu pandai melukis ya, pantas aja jadi arsitek, haha..” tawanya seolah mencairkan suasana. Sambil menyembunyikan wajahku yang tersipu malu, tanpa berkata sepatah katapun, aku ambil kertas tadi dari dalam tas, kuserahkan padanya. “ Bagus ya, aku suka” didekapnya gambar itu di dadanya, seolah itu hadiah teristiwewa buat nya. Akupun tersenyum puas, bisa melihatnya bahagia. malam itu kami habiskan Cuma menatap langit dan gemerlap kemewahan kota Sydney. Hingga waktu menunjukkan pukul 20.00 aku mengantarkan dia pulang
            Aku mengantarkan sampai  gerbang hotel dia menginap The Strand Hotel , bapak ibunya menyambut kedatangannya, Tanpa ada raut kemarahan karena aq telah membawanya jalan-jalan hingga malam. ”Terimakasih ya nak, sudah menemani anak kami.” sebelum berpisah aq meminta no hp yang bisa dihubungi. Dan  taxipun meluncur kembali tak jauh menuju penginapanku di King Cross
...Deakin Melbourne Dormitory
3 hari berselang, belum  ada kabar darinya, meski aku sudah mengirim pesan singkat untuknya. Ya Tuhan semoga operasinya sukses. Aku menunggu penuh harap. Hari-hariku aku habiskan untuk menyelesaikan riset dari dosenku, karena awal masuk kuliah harus selesai sudah. 2 hari kemudian tiba-tiba hp ku berdering, sepertinya ada telepon masuk dari nomer yang aku kenal, ya tidak salah..itu dari nomer Alin. Mungkin dia sudah sembuh, operasinya berhasil. Ya itu pasti. Saat aq angkat hening sejenak..tak kudapati suara..yang ada malah sesenggukan tangis..hallo…hallo..namun tak ada jawaban..selang berlalu…suara sayu dari wanita menjawab keingintahuanku….Andre..makasih udah menemani Alin…dia sangat senang sekali…sekarang dia udah tenang…” sesenggukan tangis pecah lagi mengisi keheningan dari telepon itu ..”maksudnya apa bu, saya tidak mengerti…”semakin penasaran dibuatnya, jantungku tak karuan, keringat dingin menyergap tubuhku…”Alin sudah meninggalkan kita semua…”seketika seluruh tubuhku lemas seolah tak bertulang..kabar itu mengagetkanku..aq terkulai keranjang tidurku…Aline….
            Aku mengambil foto saat bersamanya, Ya...Darling Harbour...kudekap foto itu dengan menahan isak tangis, masih teringat jelas senyum itu..selamat tinggal Alin...terimakasih atas perjumpaan indah yang singkat ini...

0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 corat coret All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.