0
SURAT DARI IBU
Posted by hari_arch
on
19.43
in
cerpen
Disudut
rumah tua peninggalan suami, seorang ibu duduk disudut kursi kayu,
menatap jalanan yang mulai sepi lalu lalang kendaraan, seakan dia
menanti seseorang yang akan datang. “ Buk, masuk dulu, gak baik kena
angin malam”, ucap fitri yang masih duduk dibangku kelas 2 SMA.
disetiap hembusan nafasnya…
“ Bu, ini fitri siapkan makan malam, yuk makan dulu buk” disela
kesibukan menyiapkan meja makan. Tak ada jawaban juga dari sang ibu yang
masih duduk termenung di teras rumah. “Sudah hampir 3 bulan kakakmu gak
pulang” ucap ibu sambil membenahi sweeter woolnya. “ Udah aku sms bu,
telpon pun gak diangkat, dia selalu bilang, belum sempet, mungkin dia
sibuk bu, dinas di luar kota” sahut fitri menghampiri ibunya. “ oh ya
fit, surat yang ibu buat kemaren untuk kakamu sudah kamu kirim?”
“ sudah buk, ayo makan dulu” fitri merangkul ibu masuk kedalam, mengajaknya makan.
“ jangan bilang pada kakamu klo ibu lagi sakit, memang sudah wajar umur
ibu menjadi lemah, ibu tak ingin menambahi beban pikiran kakamu” ucap
ibu disela sendokan pertama. “ Bu, besok firti antar ke dokter ya,
sekalian ke apotik obat asma ibu sudah habis” lirih kata fitri sambil
menuangkan air ke gelas buat ibu.
Sementara Adi beberapa bulan ini disibukkan dengan
persiapan presentasi, meeting, surve ke proyek, dia bekerja disebuah
perusahaan kontraktor, dia dipercaya memegang proyek pembangunan
apartemen di kota Jakarta. kesehariannya disibukkan dengan rutinitas
keluar masuk proyek
“ Pak kemaren ada surat buat pak Adi, dan ini dokumen yang harus
ditandatangani” ucap sekretaris. “ Taruh saja seperti biasa di meja
saya, masih banyak dokumen proyek yang belum saya tanda tangani juga”.
Adipun menuju ruangan tempat kerjanya, melihat tumpukan berkas gambar
yang harus dia lihat. disela dia duduk menatap laptop kecilnya,
jari-jarinya mengetik tombol-di hp yang dia keluarkan dari saku
celananya. “ Mi, gimana si Tomi tadi berangkat ke sekolah naek apa, maaf
papi tadi berangkat lebih pagi dari biasanya, gak sempet mengantarnya”
dari seberang sana terdengar omelan istrinya yang juga sedang sibuk
bekerja sebagai make up artis, kadang istrinya bekerja sampai larit
malam, anak yang masih duduk di kelas 2 sd terpaksa ditemani bik inah,
pembantu rumah mereka.
Tak berapa lama kemudian dia tutup teleponnya, dia hela nafas panjang ,
seakan banyak beban dalam keluarganya, sesekali dia melihat tumpukan
kertas yang sudah menggunung, pandangannya mengitari sampai sudut ruang
kerjanya.
Ketika dia merapikan kertas-kertas yang berserakan di meja dan
lemarinya, tiba-tiba pandangannya terhenti pada satu amplop coklat,
amplop dari luar ditulis dengan tangan, sepertinya dia mengenal tulisan
itu, ya tidak asing lagi, dia membalik amplop itu, dan benar..itu surat
dari keluarganya di kampung sana, sudah lama tak tahu kabar ibu dan adik
di kampung,” kesibukanku membuat aku lupa pada mereka di kampung,
huft..udah berapa bulan ya aq gak kirim kabar n pulang ke rumah” dia
mulai mengingat ingat kapan ia terakhir menjenguk ibunya,setiap kali
dihubungi sms dia selalu membalas lagi sibuk proyek, belum sempet
pulang Ternyata amplop itu tak hanya satu, masih ada 3 sampai 4 amplop
berwarna coklat yang sama dengan tulisan yang sama. “ Ini surat sejak
kapan, kok aq tidak meyadarinya” pikirnya sejenak, dia membuka satu
persatu amplop itu. disalah satu amplop itu yang ia buka :
Untuk yang terkasih ananda nan jauh disana
ibu baik-baik saja…
ibu tidak menginginkan apa apa…
ibu senang melihat ananda bahagia…
tumbuh dewasa dan berkeluarga…
ananda sudah lama tak pulang…
apakah ananda baik-baik saja…
ibu teringat ananda terus…
ibu kangen…
setiap pagi menyiapkan makanan, berharap ananda pulang menjenguk sesekali…
menunggumu hingga larut malam …
ibu cemas…
ananda jauh…
ibu tidak bisa berada di sisi ananda ketika ananda sakit, seperti yang
ibu lakukan ketika ananda kecil, dan ibu terjaga hingga larut malam…
menyelimuti tubuhmu ketika malam yang dingin…
mengusap lembut kepalamu hingga kamu tertidur…
ibu kangen…
peluk cium bunda sayang
Tak terasa air matanya menetesi kertas itu, saat itu juga ada 1 pesan
masuk, sms itu dari fitri, adiknya, mas..ibu masuk rumah sakit, mohon
mas pulang. Kata-kata itu menjadi pukulan berat baginya, dia tidak
pernah memikirkan keadaan ibunya, tidak pernah menanyakan kesehatannya,
jarang pulang. dan sekarang masuk rumah sakit. Tanpa berpikr panjang dia
meminta bantuan sekretasris untuk mencarikan tiket pesawat pulang ke
Surabaya, hari ini juga.
Beberapa menit kemudian, “ Maaf pak adi, semua tiket pesawat sudah habis
terjual untuk hari ini, karena besok libur tanggal merah, ada tapi
besok pagi pak?’ adi tidak bisa berpikir lagi, yang ada dipikirannya
adalah ibunya, dan ibunya…” ya dah besok pesankan untuk pesawat paling
pagi”
Paginya ia bergegas ke bandara sambil melajukan dengan kencang mobil nya.
Cengakareng-Juanda 1 jam perjalanan udara
Sesampainya di bandara juanda dia langsung menuju terminal bus, karena
kampung halamannya di Lumajang, maka baru 6 jam lagi dia akan sampai di
kampungnya…
Sesampainya di rumah sakit, dia berlari menuju ruangan dimana ibunya dirawat
“ fit, gmn keadaan ibu” fitri merangkul kakaknya…sambil menahan tangis
yang tak henti-hentinya, “ jam 10 tadi pagi ibu menghembus kan nafas
untuk yang terakhir kalinya..ibu meninggalkan kita selama-lamanya..”
isak tangispun pecah seketika ruangan yang hening dan sepi. Tak kuasa
Adi menahan luapan perasaannya, bahkan dia tak ada disaat akhir hayat
ibunya, dia terkulai lemas…
kepergian ibu pukulan berat baginya
adi masih merenung seorang diri dalam kamar ibunya,
Yang ada hanyalah kamar yang kosong tiada penghuninya…
Yang ada hanyalah baju yang digantung di lemari kamarnya…
Tak ada lagi yang berdiri di depan pintu menyambut kedatangannya…
Tak ada lagi senyuman indah ...
Tak ada lagi yang menyiapkan sarapan pagi untuk makan…
Tak ada lagi dan tak akan ada lagi yang meneteskan air mata dalamdisetiap hembusan nafasnya…
Ibu …maafkan aku …
Posting Komentar